SURABAYA - Peringatan 10 November tahun ini dipastikan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Parade Juang dan teaterikal yang biasanya dilakukan di satu titik, yakni di Jalan Pahlawan, untuk kali ini Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memastikan bahwa acara yang digelar Minggu (11/11) esok dipastikan lebih banyak.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Antiek Sugiharti mengakui, memang ada yang berbeda pada peringatan 10 November tahun ini. Di acara rutin tahunan tersebut, Parade Juang bakal digelar pagi hingga siang hari. “Kita kemas berbeda tahun ini. Tidak hanya menceritakan perjuangan arek-arek Suroboyo, tetapi juga pahlawan nasional. Karena Kota Pahlawan tidak hanya Surabaya, tapi juga milik nasional,” ujar Antiek, Jumat (9/11).
Pahlawan nasional ini, lanjutnya, dikemas dengan diperankan oleh peserta Parade Juang. Mereka akan mengelompok sesuai tema. Misalkan, perang Diponegoro, para pahlawan nasional yang berasal dari Jawa dan Madura berbaris di belakang pemeran perang lawan Belanda tersebut. Begitu juga dengan pahlawan asal Sumatera, mereka berbaris di belakang para tokoh perang Aceh.
“Kalimantan, Sulawesi dan Papua sama. Ada tema khusus yang melambangkan pahlawan nasional asal daerah tersebut. Seperti Bali, perang Puputan,” urainya.
Untuk pesertanya, Antiek memastikan tidak hanya warga Surabaya. Sebanyak 350 orang dari berbagai kota, seperti Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Sleman dan Kediri dipastikan turut serta. Ditambah 150 veteran. “Totalnya nanti ada sekitar 3 ribu sampai 10 ribu orang,” ungkapnya.
Ribuan orang tersebut, bakal mengikuti rute mulai viaduk Tugu Pahlawan menuju ke Siola. Di dua tempat itu mereka menggelar teaterikal perang viaduk dan perjuangan madun. Setelah dari Siola, parade dilanjutkan ke Hotel Majaphit. Di sini, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini beserta dengan para forpimda yang menaiki kendaraan tempur Anoa bertemu para veteran. Mereka lantas berjalan kaki menuju Gedung Negara Grahadi.
Di depan rumah dinas gubernur tersebut, pidato Gubernur Soerjo saat peristiwa 10 November diperdengarkan. Diikuti dengan teaterikal perang 10 November. “Kemudian bersama veteran naik kendaraan sampai di monumen Bambu Runcing. Di sana akan ada panduan suara juga pidato Bung Tomo dan teaterikal lagi,” bebernya.
Dari Monumen Bambu Runcing, iring-iringan melanjutkan perjalanan ke Monumen Polisi Istimewa untuk bergabung dengan polisi. Ada distribusi senjata nanti di tempat tersebut yang juga menggambarkan peran polisi pada saat perang kemerdekaan. Hingga berakhir di Taman Bungkul.
“Jadi nanti awalnya ada teaterikal perang viaduk, kemudian akan ada tokoh M. Yasin, diperankan oleh komunitas, berikan bendera kepada wali kota. Lalu diserahkan ke paskibraka sebagai simbol dimulai Parade Juang,” tuturnya.
Antiek menuturkan, gelaran parade juang tahun ini memang dikemas berbeda. Acara yang sudah masuk agenda nasional itu digelar lebih besar dibanding sebelumnya. Banyak penggiat seni dan komunitas yang menyatakan bergabung. Mereka datang dengan biaya akomodasi sendiri.
“Mareka akan berjalan kaki di belakang Anoa dan komunitas jip serta motor tua. Selain itu, ada nanti parade alutsista,” tandasnya. (bae/nur)
copy https://radarsurabaya.jawapos.com/
(sb/bae/jay/JPR)
0 komentar:
Post a Comment